DASAR TEORI
Titrasi
pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan
endapan atau garam yang sukar larut. Metode ini dapat menentukan Cl-,
Br-, I- dengan menggunakan Ag (I) yang lebih dikenal
dengan metode argentometri. Metode ini kurang digunakan karena sulitnya
memperoleh indicator yang sesuai untuk menentukan titik akhir pengendapan
(Khopkar, 2010).
Pengendapan
merupakan metode yang paling baik pada analisis gravimetric. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu :
1.
Temperatur
Kelarutan
bertambah dengan naiknya temperatur, kadangkala endapan yang baik terbentuk
pada larutan panas. Tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas
karena pengendapan dipengaruhi oleh temperatur.
2.
Sifat pelarut
Garam-garam
anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan dalam pelarut organik
dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
3.
Efek ion sejenis
Kelarutan
endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion
penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp. Baik kation atau anion yang
ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam
bertambah.
4.
Efek ion-ion lain
Beberapa
endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang
berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam betral atau efek
aktivitas. Semakin kecil efek aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil
kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan.
5.
Pengaruh pH
Kelarutan
garam dari asam lemah bergantung pada pH larutan, misalnya : oksalat ; ion H+
bergabung dengan ion C2O43- membentuk H2C2O4
sehingga menambah kelarutan garamnya. Pemisahan logam sulfide didasarkan pada
pengendalian pH.
6.
Pengaruh hidrolisis
Jika
garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H+).
Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
7.
Pengaruh kompleks
Kelarutan
garam yang sedikit merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks
dengan kation garam tersebut (Khopkar, 2010).
Reaksi
yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir titrasi dapat
dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan
lewat jenuh. Tidak sepert gravimetric, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu
sampai pengendapan berlangsung sempurna. Semua jenis reaksi diklasifikasi
berdasarkan tipe indicator yang digunakan untuk melihat titik akhir.
1.
Titrasi dengan
kekeruhan tanpa indicator (Liebig)
Untuk
kelarutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCl maka mula-mula terbentuk
suspense yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi
menyatakan mendekatnya titik ekivalen (Khopkar, 2010).
Titik
akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam
menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan
melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi (Rahayu, 2011).
2.
Metode Volhard
Metode
ini digunakan untuk menentukan kandungan perak dalam suasana asam dengan
larutan standar kalium atau amonium tiosianat berlebih. Titrasi Ag dengan NH4SCN
dengan garam Fe(III) sebagai indicator dalah contoh titrasi ini, yaitu
pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, Ag(SCN) terbentuk
sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi
dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]++. Jumlah
tiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jika kesalahan pada titik
akhir titrasi sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok dengan kuat pada titik
akhir, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode
volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana
basa Fe3+ akan terhidrolisis.
3.
Metode Mohr
Pada
metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan indicator
Na2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru
yang berwarna. Pada titik akhir titrasi,, ion Ag yang berlebih diendapkan
sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus
bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa karena Ag
akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Sedangkan jika larutan terlalu
asam, maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO42-
berkurang, yaitu dengan terjadinya reaksi H+ + CrO42- ------> HCrO42-.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi
klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini endapan indicator berwarna harus
lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi
tidak boleh terlalu banyak larut, karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi
dari yang seharusnya.
4.
Metode Fajans
Titrasi argentometri dengan cara fajans
adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis
indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah
indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi
merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator
absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan
timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik
ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan
setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl-
akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl-
akan berada pada lapisan sekunder (Khopkar, 2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2010. Titrasi argentometri (http://www.titrasi-pengendapan-penentuan- klorida.blogmini.html) diakses pada
tanggal 2 januari 2013.
Day, R.A.Jr dan A.L Underwood. 1999. Analisis Kimia kuantitatif, edisi revisi.
Erlangga: Jakarta.
Khopkar.S.M.
2010. Konsep dasar Kimia Analitik.UIP:
Jakarta.
Rahayu nenden.
2011. Argentometri
(titrasi pengendapan) (http://www.cem-is- try.com) diakses pada tanggal 2
januari 2013.
Staf pengajar Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Untad-Press:
Palu.
0 komentar:
Posting Komentar